Sabtu, 18 Februari 2017

Konflik Batin

*Konflik Batin*

Pada dasarnya, jiwa manusia bersifat tidak stabil. Fitrahnya mengandung naluri biologis untuk memuaskan hawa nafsu akan kelezatan-kelezatan duniawi dan kenikma tan-kenikmatan lainnya; demi melestarikan kelangsungan hidupnya serta memperturutkan naIuri-naluri fisik dan psikisnya. Inilah "gravitasi" bumi yang menarik manusia ke dasamya. Namun, fitrahnya juga mengandung hasrat imami dan kerinduan untuk dekat dengan Allah, beribadah, dan bertasbih kepada-Nya. Hal ini dapat "menerbangkan" manusia ke Iangit setinggi-tingginya.

Alhasil, akibat kecenderungan fitrah yang saling bertentangan itu, terjadilah konflik batin manusia, sebagaimana diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya, ”Adapun orang yang melampaui batas. Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya). Dan adapun Orang-orang yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keninginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS An Naziat:37-41)
Manusia nyaris selalu dalam konflik batin sepanjang hidupnya di dunia. Sebab, perlawanan terus-menerus berlangsung dari dalam dirinya terhadap dorongan untuk memperturutkan naluri-nalurinya yang jauh dari aturan agama Islam.

Sementara itu, qarin-nya yang berasal dari malaikat senantiasa mem bujuknya untuk mengikuti petunjuk Allah dan menaati perintah agama sedangkan qarin-nya yang berasal dari setan selalu membujuknya ke jalan berlawanan arah yang bertentangan dengan ajaran~ajaran agama; memperturutkan naluri dan tamak terhadap dunia.

Jadi, dalam kehidupannya sehari-hari, manusia selalu menderita akibat konflik batin. Hal ini diisyaratkan oleh al-Qur‘an dalam firman Allah,

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (Q8. Al-Balad: 4)

Maksudnya, manusia senantiasa bersusah-payah menghadapi kesulitan-kesulitan hidup di dunia sekaligus konflik batinnya.

Salah satu rahmat Allah bagi manusia adalah Dia menyediakan solusi yang bisa menghentikan konflik batin itu, jika manusia mau. Dia menganugerahi manusia kekuatan akal untuk membedakan antara keburukan dan kebaikan; memilih perbuatan yang benar dan menjauhi perbuatan yang salah. Dengan akal itu pula manusia dapat memilih jalan yang dapat menghindarkan dirinya dari konflik batin yang dialami oleh kebanyakan orang. Hal ini kita dapati dalam firman Allah, ”Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan: 3) Dan juga firman-Nya, ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (Ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7-10)

Maksud ayat, ”Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya," adalah orang yang mengotori jiwanya dengan maksiat. Makna yang sama dari ayat ini juga bisa kita dapati dalam banyak ayat lain.

Salah satu tabiat jiwa manusia adalah siap untuk melakukan kebaikan dan siap pula untuk melakukan keburukan. Jadi, adalah hal yang lumrah jika di dalam jiwa manusia selalu terjadi konflik antara kebaikan dan kebetulan, kebenaran dan kesalahan.

Empat belas abad setelah diturunkannya al-Qur‘an, Sigmund Freud/ pakar psikologi kenamaan yang mendirikan pusat studi terapi psikoanalisis/ menyajikan sebuah teori yang membagi jiwa manusia dalam tiga keadaan/ Teori Freud ini sangat mendekati keterangan al-Qur‘an mengenai tiga keadaan jiwa manusia, yaitu muthma ‘innah (iiwa yang tenang dan tenteram), Iawwamah(jiwa yg banyak mengecam diri sendiri) dan Amarah bi As Su'(jiwa yang senantiasa menyuruh berbuat keburukan)

🌾🌾🌾🌾🌾
📚Ar Ruh wa an nafs wa al aql wa al Qorin.
(Edisi indonesia Misteri Potensi Ghaib Manusia, Qisthi press)
✍Prof. DR. Ahmad Syauqi Ibrahim
📮 Abu Azka

video microsoft office word How To Convert a Word documents to PDF NOW

microsoft office word 2007 how to Save as PDF format. microsoft office word How To Convert a Word documents to PDF Video's was published...